Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Sabtu, 14 Mei 2011

bagaimana mewujudkan keinginan?

Berbagai ilmu pencapaian tujuan atau keinginan telah banyak berkembang. Mulai dari eksplorasi kekuatan pikiran, manajemen emosi, hingga penekanan pentingnya aksi yang tidak setengah – setengah (massive action).
Inilah Hukum yang ditetapkan ALLAAH. Bahwa orang yang berpikir positif mendapat hal – hal positif, orang yang berusaha mendapat hasil sebagaimana yang telah dia usahakan, dan orang yang berdo’a meminta kepada ALLAAH dikabulkan selama orang tersebut beriman.
Sebagaimana ALLAAH telah berfirman di sejumlah surat didalam Al-Qur’an. Diantaranya:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
(Al-Qur’an, Surat Ar-Ra’d: 11)
Yang ada pada diri mereka (manusia) bisa diartikan sebagai Pikiran, Mentalitas, Hati Nurani, Sikap, Ucapan, dan tentunya Tindakan.
“(yaitu) bagi siapa saja di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”.
(Al-Qur’an, Surat Al-Muddatstsir: 37 – 38)
“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya”.
(Al-Qur’an, Surat An-Najm: 39)
Intinya, kebaikan yang berasal dari diri manusia, baik berupa pikiran, ucapan, perasaan, prasangka, maupun perbuatan atau tindakan, akan kembali lagi kepada manusia itu sendiri. Demikian pula sebaliknya.
Namun, dengan adanya Hukum ini, apakah setiap keinginan manusia akan selalu terwujud?. Apakah dengan adanya Hukum tersebut manusia pasti bisa mencapai setiap tujuan – tujuannya?.
Inilah pertanyaan ALLAAH kepada manusia, yang terdapat di surat An-Najm:
“apakah manusia selalu mendapatkan apa yang dicita – citakannya?”
Lalu ALLAAH pun memastikan dalam ayat berikutnya:
“(tidak), maka bagi ALLAAH kehidupan dunia dan kehidupan akhirat”
Jadi sekalipun manusia tahu bahwa Hukum itu bekerja, tapi tidak berarti manusia akan selalu mendapatkan keinginannya.
Sebagai contoh, ada orang yang telah bekerja keras, berusaha menata pikiran, menata hati, menjaga emosi, dan getol berdo’a kepada ALLAAH. Namun, hasil dari semua itu ternyata tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Inilah salah satu bentuk ujian keimanan.
Kewajiban manusia ketika memiliki keinginan adalah berdo’a meminta kepada ALLAAH, berpikir positif, bersangka baik, berusaha atau berikhtiar dengan benar, dan berserah diri serta bertawakkal kepada ALLAAH. Namun, bukan berarti setelah kita melaksanakan kesemuanya itu lantas kita pasti mendapat apa yang diinginkan. Soal hasil, tetap hak ALLAAH untuk menentukan.
Sebagaimana firman ALLAAH di surat Al Jaatsiyah ayat 15:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan maka itu pun akan kembali pada dirinya sendiri. Kemudian kepada TUHAN mu lah kamu dikembalikan”
Coba perhatikan ayat tersebut.
Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana Hukum ALLAAH memang bekerja, kebaikan dan keburukan kembali lagi pada diri manusia. Namun di akhir ayat ini ALLAAH menegaskan “…kepada TUHAN mu lah kamu dikembalikan”.
Inilah faktanya, sekalipun pikiran yang baik dan usaha yang keras membuahkan hasil, tetapi ALLAAH semata yang memperkenankan hasil tersebut. Karena DIA lah yang maha mengetahui yang baik atau tidak untuk setiap manusia.
KESIMPULAN
Maha Besar ALLAAH yang telah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini dengan seimbang.
Sekalipun manusia belum tentu memperoleh apa yang dicita – citakannya, bukan berarti manusia berhenti berusaha dan berputus asa. Juga sebaliknya, walau manusia diberi kemampuan untuk berusaha dan memaksimalkan potensi dirinya, bukan berarti manusia akan selalu mendapatkan setiap keinginannya.
ALLAAH mengajarkan manusia untuk bersikap IKHLAS. Artinya segenap pikiran, perasaan, ucapan, dan usaha yang dilakukan oleh manusia tidak semata – mata berorientasi kepada hasil. Melainkan berorientasi pada ke-ridho-an ALLAAH. Karena hanya ALLAAH yang berhak menentukan hasil dari setiap perbuatan manusia.
ALLAAH juga mengajarkan manusia untuk ber TAWAKKAL. Artinya segenap urusan yang telah diusahakan, dikembalikan kepada ALLAAH. Dari DIA datangnya urusan tersebut, maka DIA pula tempat kembalinya.

dikutip dari :topmotivasi.com

0 komentar:

Posting Komentar